makalah hirschprung
HIRSCHPRUNG
Nama Kelompok :
1. Yasinta Girie C 121254
2. Nurlaili Rizke A 121255
3. Rizki Yudhi R 121260
4. Agnes Juwita 121264
AKADEMI KEBIDANAN YLPP
PURWOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hirschsprung
atau mega kolon kongenital merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan pada
saluran pencernaan, tepatnya pada usus besar. Hirschsprung atau mega kolon
congenital juga dikatakan sebagai suatu
kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari
pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan
tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spinkter rektum
tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan,
kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada
ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal. Penyakit hirschprung atau mega kolon
congenital dapat terjadi pada semua usia, namun yang paling sering pada
neonatus.
Pasien dengan penyakit Hirschsprung
pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru
mempublikasikan serta mendeskripsikan mega colon congenital pada tahun 1863
adalah Harald Hirschsprung. Namun, pada saat itu patofisiologi terjadinya
penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson
dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini
disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
Penyakit hirschprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi
hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1
diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan
tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400
bayi dengan penyakit hirschsprung. Insidens keseluruhan dari penyakit
Hirschsprung 1: 5000 kelahiran hidup. laki-laki lebih banyak diserang
dibandingkan perempuan dengan perbandingan 4:1. Biasanya, penyakit Hirschsprung
terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3kg dan jarang pada bayi prematur.
Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down,
sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.
Penyakit ini ditemukan tanda dan
gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam
setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi. faktor penyebab penyakit
Hirschsprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit
Hirschsprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti
pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri
anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan
dan colostomi.
B.
Tujuan Penulisan
·
Tujuan Umum
Untuk memperoleh
informasi tentang penyakit yang menyerang pada sistem pencernaan
·
Tujuan Khusus
Untuk
memahami tentang hirschprung atau mega colon congenital dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit hirschprung atau mega colon kongenital.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Penyakit
Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus besar
yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak
memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya.
Hirschprung
adalah kelainan bawaan berupa obstruksi usus akibat
dari tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatik pada dinding saluran intestinal
lapisan submukosa, dan biasa terjadi pada calon bagian distal
(Fitri Purwanto, 2001).
Hirschprung
merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus yang dimulai
dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang bervariasi dan
termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai kelainan kongenital
dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbact di
kolon (A. Aziz Alimul Hidayat,2006).
Hirschsprung
terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah
mulai dari anus hingga usus diatasnya. Saraf yang berguna untuk membuat usus
bergerak melebar menyempit biasanya tidak sama sekali atau kalaupun ada sedikit
sekali. Namun yang jelas kelainan ini akan membuat BAB bayi tidak normal,
bahkan cenderung sembelit terus-menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya saraf
yang dapat mendorong kotoran keluar dari anus.
Dalam
keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang usus karena
adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melepasi usus (kontraksi ritmis ini
disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oelh sekumpulan
saraf yang disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit
hirschsprung ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa
sentimeter.
Segmen usus
yang tidak memiliki gerakan peristalltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang
dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit hirschsprung 5 kali lebih sering
ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan
bawaan lainnya, seperti sindroma down.
B.
Etiologi
Penyakit ini
disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai
dari spingter ani internus kearah proksimal, 70 % terbatas didaerah
rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai
seluruh usus dan pilorus.
Adapun yang
menjadi penyebab hirschsprung atau mega kolon kongenital adalah diduga karena
terjadi faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down
syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan submukosa pada dinding plexus.
Dalam
keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang usus karena
adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini
disebut gerakan peristaltiik). Kontraksi dirangsang oleh sekumpulan saraf yang
disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.
C.
Anataomi Fisiologi
1.
Rongga Mulut
a.
Gigi
Anatomi
fisiologi system pencernaan pertama yang berinteraksi dengan makanan secara
langsung adalah rongga mulut. Rongga mulut termasuk dalam saluran pencernaan.
Rongga ini merupakan tempat pertama yang menerima makanan. Organ pertama dari
rongga mulut yang menerima makanan adalah gigi, dimana fungsinya adalah
memotong dan merobek makanan secara mekanik dari yang berukuran besar hingga berukuran pas untuk ditelan.
b. Lidah
Lidah
merupakan organ yang berperan mengatur makanan dan gigi dan tidak hanya itu,
lidah juga berperan sebagi organ
pengecap makanan sehingga manusia berselera makan. Bagian lidah yang berperan
dalam pengecap rasa makanan adalah papilla.
Di dalam
rongga mulut, terdapat pula air ludah, yang
dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsinya untuk membasahi makanan,
sehingga makanan mudah ditelan dan dikunyah. Air ludah juga mengandung enzim
ptyalin yang mengubah karbohidrat menjadi disakarida.
2. Kerongkongan
Kerongkongan
merupakan bagian saluran pencernaan tempat mmelakukan makanan dari rongga mulut
ke lambung.. di dalam kerongkongan
makanan akan mengalir dengan bantuan gerak peristalltik dari otot kerongkongan.
3. Lambung
Lambung
adalah organ pencernaan yang terletak di rongga perut atas sebelah kiri.
Didalam labung, makanan akan dicerna secara kimiawi menggunakan enzim
pencernaan. Enzim pencernaan yang ada didalam lambung diantaranya enzim pepsin
dan lipase. Tidak hanya enzim di lambung terdapat asam lambung yang mempunyai
pH rendah. Fungsi asam lambung yaitu sebagai pembunuh kuman.
4. Usus Halus
Makanan yang
sudah dicerna lambung akan masuk ke dalam usus halus. Usus halus adalah organ
pencernaan yang mencerna makanan secara kimiawi menggunakan enzim. Enzim-enzim
yang terdapat pada usus halus yaitu enzim amilase, tripsin dan lipase.
Usus halus
terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Sari-sari makanan
yang terserap akan masuk ke dalam
pembuluh darah. Adapun sisa penyerapan akan dialirkan ke dalam usus besar.
Gerakan yang berperan dalam pengaliran makanan ini adalah gerakan peristaltik.
5. Usus Besar
Sisa hasil
penyerapan usus halus akan masuk ke dalam usus besar. Di usus besar ini, sisa
pencernaan akan diserap kembali kadar air dan garam-garam yang masih terkandung
sehingga sisa pencernaan ini akan padat.
Didalam usus
besar sisa pencernaan akan mengalami pembusukan karena didalam usus besar
terdapat banyak bakteri pembusuk yaitu E.Colli.
D.
Patofisiologi
Istilah
congenital agang lionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan
tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta
spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses
secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada
saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon.
Semua
ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik
dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus
yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
dibagian Colon tersebut melebar.
E.
Manifestasi Klinis
Gejala dan
tanda dapat bermacam-macam berdasarkan keparahan dari kondisi kadang-kadang
mereka muncul segera setelah bayi lahir. Pada saat yang lain mereka mungkin
saja tidak tampak sampai bayi tumbuh menjadi remaja ataupun dewasa.
Pada kelahiran baru tanda dapat mencakup :
1.
Kegagalan dalam dalam mengeluarkan feses dalam hari
pertama atau kedua kelahiran
2.
Muntah : mencakup muntahan cairan hijau disebut
bile-cairan pencernaan yang diproduksi di hati
3.
Konstipasi atau gas
4.
Diare
Pada anak-anak yang lebih tua, tanda dapat mencakup :
1.
Perut yang buncit
2.
Peningkatan berat badan yang sedikit
3.
Masalah dalam penyerapan nutrisi, yang mengarah
penurunan berat badan, diare atau keduanyadan penundaan atau pertumbuhan yang
lambat
4.
Infeksi kolon, khususnya anak yang baru lahir atau
yang masih muda, yang dapat mencakup enterocolitis, infeksi serius dengan
diare, demam dan muntah dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya. Pada
anak-anak yang lebih tua atau dewasa, gejala dapat mencakup konstipasi dan
nilai rendah dari sel darah merah (anemia) karena darah hilang dalam feses.
F.
Prognosis
Secara umum
prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit hirschprung yang mendapat
tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan hanya sekitar 10% pasien yang
masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga harus dilakukan
kolostomi permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan
pada bayi sekitar 20%.
G.
Klasifikasi
Berdasarkan
panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu:
1. Penyakit
hirscprung pendek, yaitu penyakit hirscprung dengan aganglionik mulai dari anus
hingga sigmoid. Ini adalah 70 % penyakit yg ditemukan dan sering terjadi pada
anak laki-laki dibanding anak perempuan.
2.
Penyakit hirscprung panjang, yaitu dengan aganglionik
dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
H.
Komplikasi
Komplikasi
yang mungkin terjadi pada penderita hirscsprungs adalah obstruksi usus,
konstipasi, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, entrokolitis, dan
striktur anal dan inkontinensial (pos operasi) (Betz, Cecily L, et.al. 2002).
I.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan
laboratorium
Pada
tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan
adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis
menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38%-50% obstruksi strangulasi
dibandingkan 27%-44%
pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada
dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas
darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila tedapat
tanda-tanda
shock.
2.
Biopsi
Rectum
Biopsi merupakan tes paling
akurat untuk penyakit Hirschsprung. Pemeriksaan ini memberikan diagnosa
definitif dan digunakan untuk mendeteksi ketiadaan ganglion. Tidak adanya
sel-sel ganglion menunjukkan penyakit Hirschsprung.
3.
Colok dubur
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada
waktu tertentu akan ada tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu
bau dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah
dan akan terjadi pembusukan.
4.
Foto polos abdomen
Foto
polos abdomen dapat memperlihatkan loop distensi usus dengan penumpukan udara
di daerah rektum. Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada
penyakit Hirschsprung. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran
obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk membedakan usus halus
dan usus besar.
5.
Barium enema
a.
Tampak daerah penyempitan di bagian
rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi.
b.
Terdapat daerah transisi, terlihat di
proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi.
c.
Terdapat daerah pelebaran lumen di
proksimal daerah transisi.
6.
Anal manometri (balon ditiupkan dalam
rektum untuk mengukur tekanan dalam rektum)
Pemeriksaan
manometri anorektal adalah suatu pemeriksaan objektif mempelajari fungsi fisiologi defekasi pada penyakit
yang melibatkan spinkter anorektal. Dalam prakteknya,manometri anorektal
dilaksanakan apabila hasil pemeriksaan klinis, radiologis dan histologis meragukan. Pada dasarnya,
alat ini memiliki 2 komponen dasar : transduser yang
sensitif terhadap tekanan seperti balon mikro dan kateter mikro, serta sisitem pencatat seperti poligraph atau komputer. Beberapa
hasil manometri anorektal yang spesifik bagi penyakit Hirschsprung adalah:
a.
Hiperaktivitas pada segmen yang dilatasi.
b.
Tidak dijumpai kontraksi peristaltik
yang terkoordinasi pada segmen usus aganglionik.
c.
Sampling reflex tidak
berkembang. Tidak dijumpai relaksasi spinkter interna setelah distensi rektum akibat desakan feces.
Tidak dijumpai relaksasi spontan.
J.
Penatalaksaan Medis
1.
Pembedahan
Penatalaksanaan
operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk
membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga
normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a.
Temporari
ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi
dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan
ukuran normalnya.
b.
Pembedahan
koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai
sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama (Betz, Cecily L, et.al. 2002).
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan:
a.
Prosedur Duhamel
Umumnya
dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri
atas penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang
anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung
aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
b.
Pada prosedur Swenson
Bagian
kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end
pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi
dilakukan pada bagian posterior.
c.
Prosedur Soave
Dilakukan pada anak-anak yang lebih
besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati
penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh.
Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya
anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
2.
Konservatif
Pada
neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa
rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
3.
Tindakan bedah sementara
Kolostomi
dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum memburuk. Kolostomi
dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.
4.
Terapi farmakologi
a.
Pada kasus stabil, penggunaan laksatif
sebagian besar dan juga modifikasi diet dan wujud feses adalah efektif.
b.
Obat kortikosteroid dan obat
anti-inflamatori digunakan dalam megakolon toksik. Tidak memadatkan dan tidak
menekan feses menggunakan tuba.
5. Perawatan
Perhatikan
perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan
terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu
orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini.
b. Membantu
perkembangan ikatan antara orang tua dan anak.
c. Mempersiapkan
orang tua akan adanya intervensi medis (pembedahan).
d. Mendampingi
orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada
perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan
mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein
serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit
Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus
yang tidak adekuat karena sebagian dari
usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya.
Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar
paling bawah mulai dari anus hingga usus diatasnya. Penyakit hisprung merupakan
suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai
dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan
termasuk anus sampai rektum.Penyakit ini disebabkan oleh tidak adanya sel
ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
B.
Saran
Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:
1.
Dalam mempelajari asuhan neonatus, seorang calon bidan
diharapkan mengetahui kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya
terjadi pada neonatus sehingga mampu memberikan asuhan neonates dengan baik dan
sesuai dengan kewenangan profesi.
2.
Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai
acuan dalam pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul
makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui
dengan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Mengenal Penyakit Hirschsprung
(Aganglionic Megacolon). Disitasi dari http://www.indosiar.co.id/v2003/pk.
pada tanggal 29 Oktober 2013.
Behrman, dkk.1996. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15
Volume 2. Jakarta: EGC.
Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit
Hisprung. Disitasi dari http://www.mediakeperawatan.com/?id=budixtbn.
pada tanggal 26 Oktober 2010.
Yuda. 2010. Penyakit Megacolon. Disitasi dari http://dokteryudabedah.com/wp- content/uploads2010/01/mega-colon
pada tanggal 29 Oktober 2013.
Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3,
Media Aesculapius, Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar